Kamis, 19 Juli 2018

SEJARAH & PROFIL KELURAHAN PEKKABATA KABUPATEN PINRANG

Sret..srett..bush… “suara angin hempasan bola sepak yang melesat kencang dari kaki seorang anak yang masih remaja, sepintas ia tampak begitu pandai memainkan bola dengan kedua kakinya, ia berlari kencang dibanyang-bayangi oleh lawan yang ingin merebut bolanya.

Tapi ia amat tangguh bagi lawannya, seorang kawannya teriak, “goll tendangan kaki kanannya melesat, menikung masuk ke gawang. Hmm, Aku teringat saat aku seusia anak itu sama-sama hebat mencetak gol.

Kini lapangan bola Pekkabata kembali menjadi titik kumpul pemuda-pemudi. Kabar bahagia dari kawan katanya tahun ini Pekkabata akan menjadi tuan rumah acara perayaan kemerdekaan 17-an di kecamatan duampanua kabupaten Pinrang jadi lapangannya dapat kucuran dana perbaikan dari pemerintah setempat.

Masih hangat dalam ingatan ku sebuah narasi cinta yang aku buat di beranda Facebook ku, (klik disini) sebuah curahan hati melihat lapangan tampak seperti kebun yang di tinggal pemiliknya dan saat musim hujan terlihat mirip kolam ikan karena genangan air.

*****

Dulu, kelurahan Pekkabata merupakan pusat niaga wilayah teritorial Arung Paria, (swapraja Paria), sekarang desa Paria. Ejaannya bukan Pekkabata tapi “Pakka Bata Paria” atau jalan bercabang menuju Paria. Disebut Pakka Bata karena merupakan percabangan jalan utama menuju ke desa Paria.

Jadi Pekkabata berasal dari kata "Pakka Bata, dalam bahasa indonesia yaitu "Jalan yang bercabang. Tepatnya percabangan jalan menuju ke Paria. Itulah kenapa diejakan bersama Pakka Bata Paria.

Aku pernah mendengar seorang teman ku yang berasal dari Paria saat masih duduk di bangku SLTPN 1 Pekkabata, “Katanya nenek moyangnyalah yang pertama kali membuka kampung di Pekkabata.

Pekkabata menjadi pusat kota, karena mudah di akses. Letaknya pas sebelah jalan bagian timur trans Provinsi Sulawesi. Penduduknya mayoritas transmigran dari Sidenreng Rappang bahkan ada dari Jawa hingga di kampung ku ada kampung berasal dari nama Jawa yakni Taman Sari dan Sidomulyo. Uniknya lagi sebalah barat bermukim etnik berbeda orang di kampung ku bilang Pattinjo sedangkan di Pekkabata adalah suku Bugis.

Bisa jadi ada pengaruh dialek-bahasa transmigran sehingga ejaan “Pakka Bata Paria” berubah menjadi Pekkabata Paria. Hingga sekarang di sebut Pekkabata atau mungkin saja untuk lebih memudahkan penyebutannya. Entahlah, aku belum punya banyak informasi tentang itu.

Ada juga sebagian orang tua di kampung ku mengatakan, sebelum mejadi kelurahan, Pekkabata di pimpin oleh Arung Paria. Cuman pusat keramaiannya di Pekkabata. Itulah yang menjadi cikal bakal sehingga dibuat pasar Pekkabata sebagai pusat perdangangan masyarakat.


Pasar Pekkabata
Foto by Haris
Saat ini Pekkabata adalah ibu kota kecamatan duampanua kabupaten Pinrang. Awalnya setiap camat-lurah yang memimpin di Duampanua merupakan keluarga bangsawan yang digilir dari tiap-tiap kecamatan di Pinrang, ada dari pihak keluarga Arung Paria dan bangsawan lain.

Penetapannya dari penunjukan lansung Bupati. Begitu tutur yang pernah aku dengar dari tokoh masyarakat. Jadi pemimpin dari Bupati hingga Kecamatan-Kelurahan mempunyai irisan darah. Tapi sekarang sudah berubah mengikuti sistem pemerintahan dan perpolitikan zaman kekinian.

Aku pernah mendengar cerita seorang pria paruh baya saat kami sedang duduk santai sambil minum kopi. “Bagian selatan Pekkabata, yakni Cacabala, Kaliang, Batu-batu, dan Patommo adalah warga pendatang yang meminta tempat tinggal dan penghidupan kepada Arung (pemimpin) "tutur pria itu sambil menikmati kopi dihadapannya. 

Kemudian mereka memberikan nama tempat tinggalnya sesuai dengan asal mereka seperti Batu-batu, adalah orang yang berasal dari kampung Batu-batu Kab. Soppeng. Tapi sekarang Kaliang, Batu-batu, dan Patommo sudah berpisah secara administrasi dari kelurahan Pekkabata, menjadi desa Kaliang.

****

Secara georafis kelurahan Pekkabata berada pada ketinggian 2,21 mdpl dengan curah hujan rata-rata 68,55 serta suhu rata-rata 23®C. Luas kurang lebih 168.000 hektar. Jumlah penduduk sebanyak 6.549 jiwa terdiri dari laki-laki sebanyak 2.996 dan perempuan sebanyak 3.553 jiwa, serta kepala keluarga sebanyak 1.233 KK.

Jarak Pekkabata dari ibu kota Kabupaten sekitar 22 km biasanya di tempuh dengan waktu 30 menit. Adapun batas wilayah sebagai berikut.
  • Sebelah utara dan timur berbatasan dengan Kelurahan Lampa
  • Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Katomporang
  • Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Tatae

Pekkabata merupakan salah satu daerah potensi pertanian padi yang sangat baik, sebagian besar sawah berada wilayah selatan kelurahan. Sedangkan di bagian utara tepatnya di pasar Pekkabata kebanyakan pedagang.

Institusi pelaksana administrasi terbagi majadi dua lingkungan yaitu lingkungan Pekkabata dengan 4 kepala RK, dan Lingkungan Cacabala dengan 4 kepala RK pula. Mereka secara lansung membantu pagawai kelurahan untuk menata administrasi warga kelurahan Pekkabata.

Sarana dan Prasarana Kelurahan Pekkabata
  1. TK / Play Grup = 4
  2. Sekolah Dasar (SD) = 5
  3. SLTP = 3
  4. Pasar = 1
  5. Masjid = 
  6. Lapangan Sepak Bola = 
  7. Luas Sawah irigasi sekitar 39,97 Ha

Aku sadar tulisan ini jauh dari kesempurnaan mohon kritikan dan masukan pembaca. Isi tulisan murni dari pengalaman penulis sebagai warga Kelurahan Pekkabata.

Semoga bermanfaat, Hormat ku
Kunjungi Blog Penulis 
https://haeruddinsyams.blogspot.com/

Kamis 19 Juli 2018

Rabu, 18 Juli 2018

Walpaper pesan2 bijak bugis pinrang

Ade'e’ temmakke-anak' temmakke’-e’po. 

(Adat tak mengenal anak, tak mengenal cucu).

Artinya: Dalam menjalankan norma-norma adat tidak boleh pilih kasih (tak pandang bulu). Misalnya, anak sendiri jelas-jelas melakukan pelanggaran, maka harus dikenakan sanksi (hukumman) sesuai ketentuan adat yang berlaku.


Pura babbara' sompekku, pura tangkisi' golikku, ulebbirenni tellennge’ nato'walie’.

(Layarku sudah berkembang, kemudiku sudah terpasang, lebih baik tenggelam daripada kembali).

Artinya: Semangat yang mengandung makna kehati-hatian dan didasarkan atas acca (mendahulukan pertimbangan yang matang). Pelaut Bugis tak akan berlayar sebelum tiang jangkar, serta tali-temali diperiksa cermat dan teliti. Di samping itu juga memperhatikan waktu dan musim yang tepat untuk berlayar.Setelah segala sesuatunya meyakinkan, barulah berlayar.



Info bugis